0
Misteri Pencurian Tengah Malam
Posted by Hasna Salsabila Mumtaz
on
03.37
in
Cerita
“TADI malam aku baru saja kecurian dompet. Aduuu....h, siapa, sih, yang berani-beraninya mencuri dompet yang berisi Rp. 500.000,00 itu, sih???!!!” Bu Tia berkata pada suatu pagi.
“Sabar, Bu... Sabar dulu.... Ibu tidak usah khawatir... nanti....”
“Bagaimana tidak khawatir? Uang itu uang tabungan Ibu untuk memdaftarkan kamu kuliah Ma....” Bu Tia menyahut pembicaraan Marissa atau yang biasa dipanggil Marie saja.
“Iya, Marie benar. Bersabarlah dulu... nanti, pasti akan tahu jawabnya, siapa pencuri yang mencuri dompet ibu...” kata Bu Gina, salah satu tetangga Bu Tia.
Para tetangga berkumpul semua di depan rumah Bu Tia dan Pak Tito.
“Bu... sepertinya ini sebuah cobaan yang diberikan Yang Maha Kuasa untuk kita...” kata Pak Tito.
“Benarkah?!” Bu Tia menaikkan sebelah alis.
Bu Tia mulai mempercayai suaminya, tapi tidak 100% percaya. Masih ada keraguan hati Bu Tia.
Hal yang tidak diinginkan terjadi. Setelah Bu Tia kecurian dompet, pencurian-pencurian lain juga sering terjadi di Kampung Asri. Ekspresi para ibu-ibu seperti Bu Tia. Sementara anak-anak dan bapak-bapak juga selalu ingin menenangkan hati ibu-ibu, dan selalu berkata untuk meyakinkan; “Ini mungkin sebuah cobaan yang diberikan Yang Maha Kuasa.....”
Pada suatu hari, terjadi kegiatan arisan ibu-ibu untuk Kampung Asri, di rumah Bu Gina. Seperti layaknya arisan-arisan ibu-ibu, selain mengadakan PKK, para ibu-ibu juga senang menggosip.
“Bu.... pencurian ini semakin misterius saja, setelah Bu Tia kecurian dompet, para warga-warga yang lain juga kecurian. Aduuu....h, siapa, sih, biang keladinya?” cerita Bu Lily.
“Iya! Betul sekali itu! Aku saja kelihangan iPod ku. Padahal sudah aku kantongi...” lanjut Bu Gina.
“Saat itu Ibu sedang ada dimana? Di rumah?” tanya Bu Lily.
“Ya, di rumah,” jawab Bu Gina singkat.
“Kalau menurutku, biasanya pencurian-pencurian itu terjadi di tengah malam. Jadi bagaimana kalau kita beroprasi malam hari?” usul Bu Lola.
“Usulmu bagus juga, Bu... tapi... bukannya yang seharusnya melakukan peroprasian itu para bapak-bapak? Dan mengapa sekarang sudah tidak diadakan siskamling atau ronda malam lagi?” tanya Bu Tia.
“Aku lebih setuju dengan Bu Tia...” kata Bu Gina.
“Bersabarlah.... itu sebuah cobaan....” kata Bu Lily.
“Oke oke... nanti aku akan bilang pada pak RW...” kata Bu Lily, istri pak ketua RW.
Setelah mengusulkan usulan itu pada Pak RW, mulai malam harinya, para bapak-bapak mulai mengadakan ronda malam lagi, dengan jadwal ronda yang lama.
“Aku bosan... mending nonton World Cup aja ah....” keluh Pak Jimmy setelah menunggu selama empat setengah jam dan tidak ada pencuri di malam itu.
Dia lalu mengambil remote, menyalakan televisi, dan memelih channel-nya.
“Hah? Nonton World Cup?! Gini aja.... daripada kita cuma bisa nungguin di pos ronda, gimana kalau kita berkeliling-keliling mencari tahu siapa, sih, pencurinya?” usul Pak RW.
“Okelah kalau begitu...” Pak Jimmy hanya bisa menurut.
Pak RW, Pak Jimmy, dan Pak Odim lalu berkeliling-keliling untuk memastikan apakah ada pencuri atau tidak. Ternyata tidak ada pencuri di malam itu.
“Pak... anak saya, Eric seperti nya cukup mencurigakan, Pak... Setiap malam dia selalu pergi ke luar rumah. Lalu, setelah itu, dia selalu pulang membawa sesuatu. Tapi tidak sebesar itu...” cerita Pak Jimmy.
“Ah! Tak mungkin Eric pencurinya! Anakku kenal dia. Kata Evan, Eric itu anak yang baik dan pintar. Kata Evan juga, Eric hanya mengikuti lotre tiap malam dengan uangnya. Kebetulan dia selalu mendapatkan sesuatu dari lotre itu...” kata Pak Odim.
“Hmmm...... keduanya masuk akal!” tukas Pak RW.
***
Keesokan harinya.......
Sore hari para warga Kampung Asri berkumpul di rumah Pak RW.
“Sial!!! Sepertinya pencuri itu juga beroprasi di siang hari! Kalian tahu? Uang sebesar Rp. 1.000,000 ku dicuri oleh pencuri yang itu! Dicuri! Dan kalian tahu? Uang Rp. 1. 000, 000 itu sangatlah banyak!” seru Pak RW.
“Bersabarlah Pak..... Saya dulu juga.....”
“Lebih mending kamu daripada aku! Aku satu juta, Pak! Satu juta!” Bu Lily menyahut Pak Tito.
“Ingat kata-katamu dulu.... ‘bersabarlah.... itu sebuah cobaan’....” Bu Tia menenangkan.
“T-tapi aku......... sudahlah Lily........... kendalikan emosimu.....” Bu Lily berbicara pada diri sendiri.
Keesokan harinya..........
Keesokan harinya..........
Di tengah malam.........
“Tolong!!! Tolong!!! Ada pencuri!!! Tolong!!!!!” seru Bu Sina. Para warga berbondong-bondong mendatangi rumah Bu Sina.
“Mana, Bu? Mana pencurinya?!” seru Pak RW cepat.
“Kenapa tidak terlihat dari tadi?” tanya Pak Tito, yang melakukan ronda malam dengan Pak Kevin dan Pak Gefi. Pak Tito bertanya pada Pak Kevin.
“Aduuu.....h, iya, nih! Maaf banget, ya, Bu Sina!” jawab Pak Kevin.
“Sudah, sudah, yang terpenting adalah mencari tahu siapa dan dimana pencurinya. Kalian jangan banyak bicara!” ujar Pak RW.
“Wah..... nampaknya sudah pergi, Pak! Ayo, ayo kita cari!” seru Bu Sina terburu-buru.
“Memang apa, sih, yang ducuri?” tanya Marie.
“Handphone layar sentuh dengan merk ternama,” jawab Bu Sina singkat.
Lalu, para warga dengan segera mengejar pencuri yang masih sedikit terlihat itu.
Setelah pencuri iru tertangkap, mereka membawanya ke kantor polisi.
“Oooo...... jadi selama ini, ya, yang merusak ketentraman para warga, begitu?!” seru Polisi tegas.
“Iya!”, para warga saling bersahutan.
“Baik........... karena sudah berkali-kali mencuri barang orang, saya akan beri hukuman penjara baginya, SEUMUR HIDUP!!!!!!!!!!!” seru Pak Polisi.
“Ya! Benar sekali!!!!” ujar para warga serentak.
Namun, setelah para warga berseru; “Ya! Benar sekali!!!!” pencuri itu tiba-tiba hilang bbegitu saja.
“Kemana, dia pergi?!” salah satu warga menaikkan alis.
“Ayo kejar!!!!!” seru yang lainnya.
Para warga dan para polisi pun segera mengejar pencuri itu. Namun, pencuri itu tidak juga ditemukan.
Dan ternyata, pencuri itu pergi ke kamar mandi untuk Buang Air Besar!
Setelah pencuri itu Buang Air, dia segera melarikan diri dari kantor polisi.
“Hei! Hei! Itu pencurinya! Tangkap!!!!!!” seru seseorang. Semua orang langsung mengejar pencuri itu.
Pelarian pencuri yang susah ditemukan itu, membuat para warga semakin penasaran, sebenarnya, dimana, sih, pencuri itu bersembunyi?
“Hei! Kamu siapa?! Pencuri, ya?!” salah seorang mencurigai pencuri itu, karena dia bersembunyi di belakang mobilnya.
“Ssssttttt.............. diam!” ujar pencuri itu.
Para warga dan para polisi sibuk mencari-cari sosok pencuri itu, di belakang rumput, di rumah-rumah para warga, di belakang pohon, dan dimana saja. Tetapi tidak juga ditemukan, hingga akhirnya, pemilik mobil yang mobilnya dijadikan tempat persembunyian pencuri itu berseru: “Hei semua.....!!!!! Seorang pencuri sedang bersembunyi disini!!!”
“Serbu!!!” seru Pak RW.
Semua langsung mengerubungi pencuri itu.
“Terima kasih, Pak! Ini dia biang keladi Kampung Asri!” seru Bu Tia.
“Iya!” sahut Bu Lola.
Semuanya langsung membawa pencuri itu ke kantor polisi.
“Sekarang masih pukul satu malam, tapi ayo kita bawa pencuri ini ke penjara....” kata Ketua Pimpinan Polisi.
“Sekarang, lepas topengmu!”
Pencuri itu menggeleng.
“Lepas!”
Pencuri itu tetap menggeleng.
“Atau aku akan melepas topengmu. Satu....... dua.......”
“Jangan! Jangan lepas topengku! Aku tahu aku memang bersalah, tapi aku mohon jangan lepas topengku!!!” pinta pencuri itu penuh harap.
“Baik.....”
Ketua Pimpinan Polisi membuka pintu gerbang penjara setelah sampai di penjara, lalu pencuri itu masuk, dan Ketua Pimpinan Polisi mengunci gerbang penjara itu lagi.
“Nah, kalian sekarang aman!” kata Pak Polisi.
“Hore!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” sorak para warga kegirangan.
“Akulah Timo, bekas tetangga kalian. Aku Timo, pencuri misterius itu...” kata pencuri itu, namun hanya dalam hati. “Aku sekarang jatuh miskin. Karena itu aku menjadi pencuri...”
Posting Komentar